Rabu, 20 Juli 2011

Elang Di Ujung Pelangi (chapter 7)

Rasanya aku tidur lama sekali setelah pemulihan dari tenggelam kemarin itu. Sekujur tubuhku kaku, seolah-olah tidak bergerak sama sekali selama itu. Pikiranku linglung dan lamban, berbagzi mimpi berpusar di kepalaku. Tapi bagian yg paling kuat dan paling jelas adalah kehadiran kehadiran Elang.

Rasanya sulit membiarkan Elang pergi dan bangun. Mimpi ini tak kan ku singkirkan begitu saja ke gudang mimpi yg tak ingin ku datangi lagi. Aku melawannya dgn susah payah agar aku tak terbangun. Aku tak ingat hari apa ini, aku tak ingin bangun, tak peduli siapa yg menungguku terbangun, entah iti Refo atau siapapun.
Sesuatu yg hangat menyentuh dahiku lembut sekali.

Ku pejamkan mataku lebih rapat. Rupanya aku masih bermimpi, tapi anehnya rasanya sunggun sangat nyata. Aku sudah hampir terbangun...beberapa detik lagi, dan mimpi itu akan lenyap.

Tapi aku sadar mimpi itu terasa kelewat nyata, sehingga tak mungkin terjadi. Dgn keluhan menyerah, kubuka paksa kelopak mataku utk menghalau ilusi itu.

"Oh!" aku terkesiap kaget, dan melemparkan tinjuku ke muka.

Jelas, aku sudah kelewatan, salah besar membiarkan imajinasiku jadi tak terkendali. Di butuhkan sedetik utk menyadari bahwa Elang ada di depan mataku sekarang. Aku mengedipkan mataku beberapa kali, dan Elang masih disana, wajahnya hanya beberapa sentimeter dari wajahku.

"Aku bikin kamu ketakutan yah?" suaranya yg rendah bernada cemas.

Ini bagus sekali sebagai mimpi. Wajahnya, aroma tubuhnya, segalanya begitu nyata.

"Oh, sial." makiku parau. Tenggorokanku seperti tersumbat.

"Kenapa, La?"

Aku mengeritkan kening pd Elang, tidak bahagia. Wajahnya malah jauh lebih cemas daripada sebelumnya.

"Aku udah mati kan?" erangku. "Aku benar-benar tenggelam. Sialan!"

Kening Elang berkerut. "Kamu belum mati, La."

"Kalo gitu, kenapa aku gak bangun-bangun juga?" tantangku.

"Kamu udah bangun, La."

Aku menggeleng. "Tentu aja. Kamu emang mau aku berpikir kaya gitu. Terus keadaan akan lebih parah kalo aku bangun nanti. Kalo aku masih bisa bangun,dan itu gak akan terjadi, karna aku udah mati. Gawat. Kasian Refo..." suaraku menghilang ngeri membayangkan apa yg tlah ku lakukan.

"Aku bisa ngerti kamu salah ngartiin aku ama mimpi buruk." senyum Elang muram. "Tapi aki gak bisa bayangin apa yg udah kamu lakuin sampe kamj masuk neraka bersama aku disini. Emangnya kamu banyak ngebunuh orang yah waktu aku pergi?"

Aku meringis. "Ya gak lah. Kalo aku sekarang ada di neraka, kamu gak akan disini sama aku."

Elang mendesah.
Pikiranku semakin jernih. Ku pandangi dia lekat-lekat...dan aku merasakan rona merah menjalari pipiku dgn hangat saat lambat laun aku menyadari bahwa Elang benar-benar ada bersamaku, tapi aku malah membuang-buanb waktu dgn menjadi idiot seperti tadi.

"Kalo giti, ini beneran?" nyaris sulit mengubah mimpiku menjadi kenyataan. Rasanya aku belum bisa menerima konsep itu.

"Tergantung." senyum Elang masih kaku. "Kalo yg kamu maksud adalah kamu terjun dari tebing dan hampir mati, ya, itu beneran."

"Aneh banget." renungku. "Aku beneran berenang yah? Kamu tau gak, aku kan gak bisa renang?"

Elang memutar bola matanya. "Mungkin kayaknya kamu tidur lagi. Kamu masih linglung.
Aku mengelak, aku tak kan menyia-nyiakan kesempatan ini. Elang ada bersamaku sekarang, dgn kedua lengannya memelukku.

Aku sanggup menghadapi apapun juga, selama ada dia.
Ku tegakkan bahuku dan berjalan maju menyongsong nasib, takdirki berjalan mantap mengiringiku.


*****
Datangnya Elang Dengan Mimpi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar