Rabu, 20 Juli 2011

Elang Di Ujung Pelangi (chapter 2)

Entah apa yg ku lakukan disini.
Apakah aku berusaha mendorong diriku kembali ke keadaan seperti mayat bernafas? Apakah aku sudah berubah menjadi masokis (senang disiksa)? Ini bukan hal yg sehat utk dilakukan.

Tapi aku terus saja berjalan pelan menembus jalan yg di tumbuhi semak-semak liar di kiri-kanannya, meliuk-liuk menerobos pepohonan yg melengkung di atas kepala bagai terowongan hijau yg hidup. Kedua tanganku gemetar, dan aku mengepalkan tanganku.

Aku tau sebagian alasanku melakukan ini karna mimpi buruk itu; sekarang aku benar-benar terbangun, kahampaan mimpi itu menggerogoti saraf-sarafku, seperti anjing mengkhawatirkan dimana tulangnya di kubur. Ada sesuatu yg harus dicari. Tak bisa diraih dan mustahil, tidak peduli dan tidak perhatian.... tapi itu ada diluar sana, di suatu tempat. Aku harus memercayai itu.

Sebagian yg lain adalah sensasi pengulangan yg aneh, tanggal yg kebetulan itu. Kata-kata itu memenuhi kepalaku, tanpa nada, seolah-olah aku membaca dan bukan mendengarnya langsung :
Nantinya akan terasa seolah-olah aku tak pernah ada.

Aku membohongi diri sendiri dgn membagi alasan kedatanganku ke sini menjadi hanya dua bagian. Aku tak mau mengakui motovasi terbesar. Karna secara mental itu tidak sehat.

Sebenarnya, aku hanya ingin merasakan dia ada disini, di tempat terakhir kali dia berbicara padaku. Seperti munculnya semua kenangan itu, aku bisa mengingatnya tanpa merasa sedih. Tapi itu tidak bertahan lama, kepedihan itu kembali menyerangku.

Aku berbalik memunggungi kekosongan yg menyayat hati dan bergegas pergi. Hampir saja aku berlari. Aku ingin secepatnya pergi dari sini, kembali ke dunia manusia. Aku merasa diriku hampa saat ini.

Semua ini seperti deja vu, aku memulai semuanya dari awal lagi. Rasa sakit, kepedihan, kenangan, dan semua itu bagai episode berulang. Tapi aku tak begitu yakin kali ini akan ada harapan, cahaya, kepakkan sayap lain yg akan membawaku terbang tinggi.


*****
Deja Vu Hati

Tidak ada komentar:

Posting Komentar